Senin, 09 Mei 2011

Wisata Alam Pendakian Gunung Singgalang 2877 m

Gunung Singgalang yang berdampingan dengan dua gunung, yakni gunung Tandikek dan gunung Marapi berdiri gagah di wilayah Bukittinggi Sumatera Barat, dan istimewanya dengan Telaga Dewi nya di berada di ketinggian 2.762 mdpl, dengan air yang jernih dan biasanya bisa di jadikan tempat para pendaki membuka tenda pendakian.

Gunung Singgalang dapat ditempuh dari beberapa jalur. Namun, jalur yang terkenal adalah melewati desa Koto Baru dan Pandai Sikek. Dari desa Koto Baru kita akan menempuh rute ke Desa Pandai Sikek. Dari desa inilah titik tolak menuju Tower ( Pemancar RCTI dan TVRI yang terletak di pinggang gunung Singgalang ). Menuju Tower pemancar ini kita akan melewati jalan beraspal yang menanjak, makin dekat ke tower jalan nya semakin tidak baik dan penuh oleh kerikil - kerikil dan di samping kiri dan kanan nya terdapat ladang pertanian penduduk. Desa Pandai Sikat juga terkenal dengan ladang tebu dan tempat pembuatan saka ( gula merah ).

Setelah sampai di Tower pemancar kita bisa menjadikan daerah ini sebagai tempat peristirahatan ( shelter ) sebelum melanjutkan perjalanan menuju puncak. Dari tower, kita akan melewati hutan pimpiang sekitar 1 jam. Hutan ini terdiri dari tumbuhan pimpiang yang tinggi dan merunduk, sehingga mengharuskan pendaki untuk berjalan merunduk, dan bahkan sampai duduk dan merangkak. Akan tetapi saat sekarang, melewati hutan ini semakin mudah, karena bagian atas tumbuhan sudah dipotong jadi kita tidak perlu merunduk lagi melewatinya. Setelah melewati pimpiang kita akan menemukan tempat yang dinamakan “Mata Air I”, di tempat ini menurun ke bawah kita akan menemukan sungai yang di ambil airnya untuk perbekalan.

Dari mata air I kita akan menempuh rute yang menanjak sampai di cadas, dengan kemiringan rata - rata sekitar 45 derajat. Makin ke puncak kita akan menemukan banyak pohon pakis yang cantik dan melewati trek yang agak lembab dan hutan yang masih lebat. Di kiri atau kanan trek kita menemukan tiang listrik dan kabel - kabel yang bisa dijadikan panduan untuk sampai ke puncak. Namun bagi beberapa orang, hal ini sangat mengganggu.

Perjalanan menempuh rute sebelum cadas memakan waktu normal sekitar 5 jam tergantung cepat atau lambatnya pergerakan perjalanan kita. Dari cadas menuju puncak memakan waktu sekitar 1 jam. Cadas terdiri dari bebatuan padat berwarna kuning, yang ditumbuhi pepohonan berjenggot dan Rhododendron gunung, dan sesekali kita akan menjumpai bunga edelweis walaupun sangat jarang sekali ditemui dan memerlukan mata yang jeli untuk menemukannya. Di perjalanan nantinya kita juga akan menjumpai sebuah tugu yang dinamakan tuguGalapagos. Tugu ini di buat sebagai monumen akan hilangnya salah satu Siswa Pencinta Alam ( Sispala ) Galapagos SMA 1 Padang sekitar tahun 90 - an. “ Terbanglah kau wahai sang elang, ……” begitu bunyi awal kalimatnya.

Dari cadas ini kita bisa melihat pemandangan lepas ke arah Gunung Marapi yang terletak tepat di depan. Jika beruntung, kita bisa melihat kota Padang Panjang, Bukittinggi, dan danau Singkarak dari cadas. Namun, pada siang hari, gunung Singgalang sering diselimuti kabut. Jika ingin mendapatkan pemandangan eksotis lebih baik mendirikan tenda di cadas dan menyaksikan sunrise dan pemandangan eksotis lain di pagi hari. Setelah lewat dari cadas, kita akan memasuki kembali kawasan hutan yang lebih lembab dan pohon-pohon yang di selimuti lumut tebal. Tidak lama setelah itu kita sampai di Telaga Dewi. Telaga Dewi . Telaga Dewi sering di selimuti kabut. Mengelilingi telaga Dewi ini tidak memakan waktu yang cukup lama, namun pesona yang benar - benar alami dan eksotis akan membuat kita betah untuk berlama - lama di dalam hutannya yang lembab dan basah. Di sekitar telaga ini kita menemui hutan lumut yang sangat lebat dan ada beberapa tumbuhan kantong semar.

Banyak yang sampai di Singgalang hanya sampai di telaga Dewi saja. Namun masih ada lagi puncak Singgalang mencapai sekitar setengah sampai 1 jam lagi menunju puncak. Di puncak nya ini kita akan menemukan tower pemancar yang merupakan muara dari tiang - tiang listrik yang ditemui di sepanjang jalan.

TIPS

Bila tidak ingin melakukan pendakian malam hari, sebaiknya pendakian dilakukan paling lambat pada jam 13.00, dimana dengan perjalanan santai memakan waktu sekitar 3 jam menuju ke bivak I. Sebelum menuju ke bivak I ( sekitar 15 m sebelum bivak I, kita akan memotong aliran sungai ( pindah punggungan ), yang merupakan sumber air pada saat kita menginap di area ini. Namun jika berniat naik pagi ( sekitar jam 09.00 ), kita bisa mencapai bivak II ( sekitar jam 16.00 ). Pada area ini, kalau kita mau, banyak tumbuhan hutan yang bisa makan, seperti pakis gajah, begonia, arbei, dan beberapa tumbuhan lainnya yang lainnya.

Dari bivak II, apabila berangkat sekitar jam 09.00, dengan jalan santai kita akan sampai diCadas sekitar pukul 13.00. Untuk masuk ke daerah cadas, dari rute perjalanan sebelumnya kita akan bertemu simpang jalan ( kedua jalan tersebut sama - sama mengarah ke Telaga Dewi, jadi anda bisa memilih rute yang kita suka ). Untuk rute yang mengarah ke kanan, maka dalam jarak sekitar 10 m kita akan sampai di daerah cadas, dan 100 m dari sana kembali masuk hutan yang menuju ke daerah Telaga Dewi.






Jalur Pendakian Gunung Singgalang by Mapala Universitas Andalas
· Tinggi : 2877 mdpl.
· Letak : Kab. Agam
· Karakteristik : Gunung api tidak aktif, ditutupi hutan hujan tropis, trek pendakian terjal dan terdapat 2 buah telaga di daerah puncak.
Perizinan : Lapor di Pos polisi terdekat atau kepala desa Rambatan.
Potensi : 2 buah telaga (telaga Dewi dan telaga Kumbang), panorama Gunung Marapi.

· Jalur Pendakian :
Jalur Koto Baru (Pandai Sikek)
MAPALA UNAND-Terminal Bingkuang (Rp. 2.000,-), Terminal Bingkuang-Koto Baru (Rp. 8.000,-) bus jurusan Padang-Bukittinggi (turun di Koto Baru) PO. ANS, NPM dan sebagainya. Koto Baru-Stasiun RCTI (Angkot hanya sampai desa terakhir dengan ongkos Rp. 1.500,- setelah itu trekking selama + 1,5 jam, atau angkot carteran Rp. 50.000,-).
Titik Start : Stasiun Pemancar RCTI Pandai Sikek. Lama pendakian normal 6 jam
Kondisi Medan
-Pasar Koto Baru-Stasiun RCTI : jalan aspal curah, peladangan tebu, tanjakan ringan, sumber air.
-Stasiun RCTI (5176,5645)-Cadas : Tanjakan terjal, semak-semak, hutan sekunder-hutan primer, sumber air I (5057,5654) sumber air di sepanjang jalur (5 jam).
-Cadas-Telaga Dewi : tanjakan terjal, berbatu, perdu dan hutan lumut, (30 menit).
-Telaga Dewi-Puncak Singgalang (4813,5689): landai, hutan lumut, (30 menit).

Jalur Balingka
MAPALA UNAND-Terminal Bingkuang (Rp. 2.000,-), Terminal Bingkuang-Padang Luar (Rp. 8.000,-) bus jurusan Bukittinggi (turun di Padang Luar). Padang Luar-Batu Tagak (Rp. 2.500,-) angkutan pedesaan Batu Tagak-Panambatan (alternatif trekking melalui Desa Rambatan).
Titik Start : desa Panambatan, Balingka. Lama pendakian normal 8 jam.

Jalur Toboh (Kenagarian Malalak)
MAPALA UNAND–Terminal Bingkuang (Rp. 2000,-) Terminal Bingkuang–Padang Luar (Rp. 8.000,-). Padang Luar–Toboh (Rp. 3000,-).
Titik Start : Jorong Toboh Kenagarian Malalak. Lama pendakian 12 jam.
Kondisi Medan
Toboh–Pintu Rimba : perladangan penduduk yang dipenuhi semak belukar. Sumber air




3 komentar:

  1. Gunung Singgalang yang menawan dan tak pernah membosankan.

    Saya pagi ini tepatnya jam 04 pagi tgl 02 Januari 2012 bersama ssama Tim Komunitas Pencinta Alam Sumatera Dinamika Utama Riau barusaja sammpai di Pekanbaru pulang dari pendakian Gunung Singgalang.

    Sebanyak 7 orang Tim kami beragkat melakukan pendakian yang sangat mengesankan dan menyenangkan hati walaupun terasa capek dan persendian agak terasa ssaki sakit karena lamanya peerjalanan namun saya sangat salut dengan tim kami yang kompak dan mempunyai tekat yang kuat yang akhirnya kami sampai juga ke puncak.

    Bagi saya ini adalah pendakian yang kesekian kalinya ke Gunung Singgalang namun sudah 20 tahun yang lalu tepatnta pada pergantian tahun 1990-1991 terakir kalinya saya mendaki gunung yang indah meenawan ini disaat usia saya masih muda pada disaat badan masih kuat, namun karena sya tau bagai mana indahnya Gunung Sunggalang maka diusia ke 45 tahun inipun saya pingin mendaki lagi dan Alhamdulillah ternyata saya masih bisa sampai ke Telaga Dewi.

    Pendakian 2011-2012 ini sangat ddukung oleh cuaca yang cerah dimana jalur pendakian boleh dikatakan cukup bagus kering karena memang di Sumbar sudah 5 hari belakangan tidak lagi turun hujan, jadi ini adalh pendakian yang sangat baik untuk pencinta Daki Gunung terutama untuk pemula.

    Tim kami yang berangkat adalah : 1. Afrijon Ponggok (saya sendiri) 2.Harianto Halim, 3. Yosep, 4. Rudi, 5. Dian Akbar, 6.Elvin (ccewek) dan 7.Mariani (cewek) semuanya adalah dari PT Sumatera Dinamika Utama Riau yang bergerak dalam bidang kehutanan.

    Saya sangat salut kepada tim ini yang baru pemula mendaki gunung namun cukup penuh semangat untuk sampai ke puncak walaupun perjalanan kami tergolong yang lambat sampai dipuncak akibat minimnya perlengkapan yang dibawa sehingga faktor cuaca malam menjadi sangat menganggu, sebelumnya saya sendiri tidak yakin mereka ini akan sampai ke puncak karean saya tau bagaimana terjal dan curamntya jalur pendakina, yang palaing saya kahawatirkan adalah Elvin dan Mariani dengan pisik dan postur tubuh mereka yang kecil mungil apa lagi persiapan safty, jaket sepatu, penutup kepala mereka yang tidak standar, namun karean semanagat yang tinggi akhirnya kami sampai juga ke Telaga Dewi yang sangat menbawan dan dapat meenikmati suasana mata hari terbit di batu cadas.(Elvin, Mariani Bapak tidak perccaya kalian akan sammpai ke puncak Gunung Singgalang nammun kalian adalah wanita-wanita yang hebat dan luar biasa)

    BalasHapus
  2. Dari Koto Baru kami diantar pakai Mobil oleh sahabat saya Dasril yang rumahnya di Kayu Tanduk kotobaru samapai ke Pesangrahan (Tower RCTI TVRI. ini dilakukan untuk menghemat tenaga tim yng berangkat, stelah selesai shalat magrim yang dijamak dengan isya kami mulai mendaki menuju puncak, samapai habis melewati hutan Pipiang (pohon tarok)semangat tim masih kuat dan berapi rapi sesekali meliahat kebelakang nampak keindahan malam kota bukit tinggi dan padang panjang, namun setelah mulai melewati hutan kayu yang pendakiannya semakin tegak dan menantang sudah banyak mulai pertanyaan "masih jauhkah lagi ??) saya selalu memberi semnagat kepada tim bahwa kita sudah dekat, untuk membuat tim agar jangan terlalu kecapek-an maka saya selalu mengajak mereka berhenti sejenak untuk melepaskan kelelahan dan kemudian melanjutkan lagi pendakian.

    Tadinya rencana kalau teman-teman saya ini kuat kami akan merayakan tahun baru di Telaga Dewi bergabung dengan pendaki lainnya yang telah dahulu mendaki dari tgl 30-12-11 namun karean kondis tidak memungkinkan tim yang kelelahan dan semakin dinginnya suasana dengan minimnya pakanan yang layak dan tidak adanya tenda yang kami bawa maka kami sepakat intik istirahat dan merayakan tahun baru di perjalanan (diatas Parit sumber air pertama)tepat jam 00.00 kami berdoa bersama menurut keyakinan masing-masing.

    Ditempat ini kami putuskan untuk istirahat, makan dan meemabuat api unggun untuk menghangatkan tubuh, namun sangat disayangkan minyak tanah yang kami sudah persiapkan dari koto baru tertinggal di Pesangrahan sehingga kayu yang kami kumpulkan susah terbakatnya sementara cuaca dingin semakin menusuk tulang apa lagi kami tidak membawa tenda dan matras untuk istirahat sehingga kami tidak bisa istirahat dengan baik karena kedinginan sampai mengigil malah ada yang sampai keram dan sedikit kaku.

    Karena kami tidak bisa istirahat dengan sempurana dan badan semakain dingin maka pada jam 03.00 kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan supaya tubuk bisa bergerak untuk melawan dingin dan kekakuan, sambil berjalan kami menemukan pendaki lainnya yang membuat api unggun dan tim yang perempuan dapat menumpang menghangatkan badan, kemudian perjalanan kami lanjutkan lagi.

    Tidak jauh dibawah batu cadas Elvin tidak sanggup lagi mmelanjutkan perjalanan karena kedinginan yang menusuk tulang akhirnya kami putuskan untuk istirahat lagi,dan setelah terbit fajar perjalanan kami lanjutkan sampai ke batu cadas sehingga kami dapat menikmati matahari terbit, dan disini sudah banyak para pendaki yang memasang tenda.

    Sammbil menikmati mata hari terbit di batu cadas ini kami bisa menghangatkan badan melalui sinar mata hari pagi sambil sarapan pagi dengan persiapan yang seadanya bergembira, berkenalan dan bercerita dengan pendaki lainnya.

    BalasHapus
  3. Tepat jam 08.00 kami melanjutkan pendakian batu cadas menuju Telaga Dewi, sambil mendaki batu cadas kami menikmati pemandangan Gunung merapi yang utuh tanpa tertutup awan, indahnya bukit tinggisampa padang panjang dan danau singkarak, terlihat jelas lapuisan lapisan gunung dan bikit yang berjejer indah "Subhanallah memmang luar biasa ciptaan Allah yang tak akan pernah mampu dilakukan manusia"

    1 jam lebih mendaki batu cadas dan hutan berlumut yang dingin akirnya kami sampai juga di Telaga Dewi nan menawan hati, dalam hatu saya katakan kepada Telaga Dewi " 20 tahun ku tinggalkan dirimu tetap tidak berubah kau masih seperti yang dulu dan bersabar menunggu kedatanganku lagi"

    Begitu sampai di Telaga Dewi saya melihat wajah-wajah teman-teman saya yang ceria penuh gembira saya pandangi mereka satu persatu dan dalam hati saya bangga telah berhasil membawa mereka kemari, mereka terliaht gembiar dan menikmati suasana indah Puncak Singgalang Tealaga dewi yang indah memukau sungguh besar kekuasaan Tuhan dipuncak Gunung ada danau yang airnya jernih bagai mata air mata kucing.

    Elvin yang tadinya sudah putus asa untuk sampai kepuncak saya lihat begitu sampai dipuncak terlihat wajah cerianya dalam keadaan capek dan ngantuk tertidur ditepi Telaga Dewi, begitu juag Mariani gadis yang penuh semangat dan selalu optimis ini. (SELAMAT UNTUK TIM KOPASDU KALIAN ADALAH ORANG-ORANG YANG TERPILIH UNTUK SAMPAI KEMARI"

    BalasHapus