Rabu, 06 April 2011

Menyapa Malin Kundang Di Pantai Air Manis-Padang

Pantai Aia Manih menjadi lokasi wisata favorit yang ada di Padang. Legenda Malin Kundang akan menyapa pelancong saat menginjaki kaki di pasir berwarna cokelat keputihan, seonggok batu dan relief cerita Malin kundang menghiasi kawasan wisata yang dipadati pengunjung di waktu liburan.

Konon kabarnya, batu besar tersebut merupakan kapal besar dan jasad Malin Kundang yang terdampar. Menurut legenda rakyat, Malin Kundang dan kapalnya dikutuk menjadi batu karena kedurhakaan pada Orang Tua.

Pantai landai nan luas memberikan lokasi bermain bagi para pengunjung. Bahkan disaat pasang surut, pengunjung bisa melihat biota laut yang menyembul kepermukaan dengan berjalan kaki., Anda pun bisa menuju Pulau Pisang kecil yang berda tak jauh dari Tepian Pantai Aia Manih. Pulau yang tak begitu luas tersebut, bisa dijadikan tempat peristirahtan sejenak sambil menikmati bekal makan yang telah dipersiapkan.

Pulau Pisang kecil dihiasi dengan pohon jambu Kaliang yang bisa dinikmati para pengunjung dengan gratis. Tapi ingat, jangan terlalu lama menikmati suasana di pulau tersebut karena berselang beberapa jam, air pasang akan berangsur-angsur naik seperti sediakala sehingga akses menuju pulau Pisang Kecil tidak dapat ditempuh dengan berjalan kaki.

Tak jarang, kalangan muda di Kota Padang juga memanfaatkan Pantai Air Manih sebagai tempat perkemahan. Debur ombak bergulung di daerah tersebut juga dimanfaatkan para peselancar untuk berselancar. Akses menuju kawasan Wisata Pantai Air Manih dapat dituju dari beberapa arah. Pantai yang terletak di Kecamatan Padang Selatan tersebut, bisa ditmepuh dengan perjalanan darat sekitar 30menit dari Pusat Kota.

Dari Kawasan Gunung Padang pun, para wisatawan dapat menempuh Pantai Air Manih dengan berjalan kaki. Jalur tersebut cukup melelahkan tapi memberikan pengalaman berpetualang yang menyenangkan. Sejumlah penginapan (Homestay) bisa ditemui di Pantai Air Manis jika anda ingin menghabiskan malam di kawasan wisata tersebut. Mengenai harga, konon kabarnya tidak terlalu mahal karena dikelola masyarakat setempat.












Goa Ngalau Indah, Payakumbuh

Ngalau Indah adalah nama sebuah goa yang berada di lereng perbukitan yang terdapat di Kota Payakumbuh. Di dalamnya terdapat batu stalagmit dan stalagtit yang terbentuk dari proses endapan kapur yang berlangsung ratusan tahun. Kedua jenis batu tersebut mempunyai ukiran beraneka macam bentuk, dengan ornamen-ornamen yang menakjubkan, seperti: ruang kamar tidur, kursi, kelambu dan lain sebagainya.

Agar para wistawan dapat menikmati pemandangan Ngalau dengan lebih leluasa, pemerintah setempat membangun beberapa sarana pendukungnya, seperti: lampu penerangan, jalan penghubung dan anak tangga.

Keistimewaan
Dari atas perbukitaan di sekitar Ngalau, para wisatawan dapat melihat panorama kota Payakumbuh yang terhampar di depan mata. Perpaduan tata bangunan perkotaan, hijaunya pepohonan dan hamparan sawah yang begitu luas merupakan satu kesatuan dari kemilau Kota Payakumbuh.

Sedangkan pemandangan di sekitar Ngalau juga tidak kalah menarik. Sebelum masuk ke dalam Ngalau atau tepatnya di depan pintu masuk para wisatawan disambut dengan sebuah ukiran dari batu yang menyerupai gajah. Memasuki Ngalau, para wisatawan akan mendapat suguhan aneka ukiran-ukiran batu yang terpahat di dalam Ngalau. Batuan beraneka bentuk dan berukir tersebut diberi nama sesuai bentuk batunya, seperti: kursi, kelambu, dan kamar tidur. Para pengunjung yang merasa lelah atau lebih lama ingin menikmati keindahan Ngalau tersebut dapat berhenti sejenak dan duduk bersantai di atas batu-batu tersebut. Pada bagian lain Ngalau, terdapat batu tira yang berwarna putih yang apabila terkena sorotan cahaya lampu, dapat memantulkan cahaya kemilau yang begitu indah.

Lokasi
Ngalau Indah terletak di kota Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia.

Akses
Objek Wisata Ngalau Indah dapat dijangkau dengan menggunakan transportasi darat. Dari kota Padang ke Payakumbuh, perjalanan ditempuh sekitar 3 jam dengan menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum.









Lembah Harau, Payakumbuh

Taman Nasional Lembah Harau

Luar biasa. Demikian ungkapan yang terlontar bila Anda baru kali pertama mengunjungi Lembah Harau. Betapa tidak, di lokasi ini terdapat tiga air terjun deras yang bermuara pada satu kolam alam besar. Tak hanya itu, tempat ini juga dikelilingi pemandangan alam yang berasal dari perbukitan di daerah tersebut. Indah untuk dilukiskan. Pendek kata, Anda akan menyesal bila suatu saat datang ke Tanah Minangkabau, tanpa mampir ke tempat ini.

Lembah Harau terletak di Kabupaten Lima Puluh Koto, sekitar 15 kilometer dari Payakumbuh atau 47 km timur laut Bukittinggi, Sumatra Barat. Lokasi ini mudah dijangkau dengan kendaraan umum. Di samping itu, perjalanan menuju jurang besar dengan diameter mencapai 400 meter ini juga menyenangkan. Selama perjalanan, Anda dapat tebing-tebing granit unik yang menjulang pada ketinggian antara 80 sampai 300 meter. Pokoknya, Anda pasti akan menemukan banyak keindahan yang memukau sepanjang jalan.

Tempat ini memang sudah lama menjadi perhatian orang. Sebuah monumen peninggalan Belanda yang terletak di kaki air terjun Sarasah Bunta menjadi bukti kalau lembah ini sudah sering dikunjungi sejak 1926. Selain keindahan alam tadi, keelokan lain masih betebaran di sekitar Lembah Harau. Di dataran tingginya, Anda bisa menemukan cagar alam dan suaka margasatwa seluas 270,5 hektare.

Di cagar alam tersebut, banyak terdapat berbagai spesies tanaman hutan hujan tropis. Daerah ini juga dilindungi sejumlah binatang langka asli Sumatra. Monyet ekor panjang, misalnya. Selain primata jenis Maccaca Fascicularis itu, bila beruntung, Anda juga bisa menyaksikan harimau Sumatra, beruang, tapir, dan landak. Memang, Lembah Harau menjadi obyek wisata andalan di Kabupaten Lima Puluh Koto.









Selasa, 05 April 2011

Indahnya Danau Maninjau (Lake Maninjau)

Danau Maninjau berada pada ketinggian ± 500 m diatas permukaan laut dan di kelilingi oleh Bukit Barisan yang menjulang dan curam, sehingga membuat Danau Maninjau tak ubahnya seperti kawah raksasa. Danau yang indah ini dikenal juga sebagai yang memiliki banyak tempat romantis sehingga wajar jika banyak wisatawan mancanegara menyebutnya The lake with romantic scene karena disisi manapun anda melihatnya akan tampak pemandangan yang menakjubkan.


Danau Maninjau terbentuk akibat letusan gunung berapi (Gunung Tinjau) pada masa lampau (lihat). Danau yang indah ini terletak ±36 Km dari Bukittinggi kearah barat yang dapat ditempuh dengan kendaraan umum tujuan Maninjau dan Lubuk Basung dengan melewati kelok 44 yang unik memiliki luasnya sekitar 99,5 km² dan kedalaman maksimum 495 meter.



Keberadaan Danau Maninjau menciptakan sebuah cerita legenda “Bujang Sembilan”, yang dipercaya keberadaannya oleh masyarakat sekitar. Alkisah ada satu keluarga terdiri dari 10 orang, 9 orang laki-laki (bujang) dan seorang perempuan bernama Sani. Keelokkan paras dan perilaku Sani menjadi daya pikat tersendiri bagi seorang pemuda bernama Sigiran. Singkat kata mereka kemudian menjalin asmara. Suatu hari mereka dituduh telah melakukan perbuatan amoral oleh para bujang. Untuk membuktikannya, mereka melompat ke kawah gunung Tinjau. Mereka bersumpah jika mereka melakukan tindak amoral maka gunung ini tidak akan meletus, dan jika mereka tidak melakukan tindakan amoral maka gunung ini akan meletus. Akhirnya gunung tersebut meletus dan hasil letusan tersebut membentuk kawah besar yang kemudian diisi oleh air dan menjadi danau seperti sekarang.



Presiden Pertama RI Ir. Soekarno pernah berkunjung ke Danau Maninjau dan takjub dengan keindahannya. Untuk mengungkapkan kekagumannya tersebut ia menulis sebuah pantun yang berbunyi “Jika makan arai Pinang, makanlah dengan sirih yang hijau, jangan datang ke Ranah Minang, kalau tak mampir ke Maninjau”. Pantun yang ditulis oleh Presiden pertama RI ini, cukup mewakili untuk menggambarkan keindahan panorama alam Danau Maninjau nan eksotis.



Didanau ini kita dapat berenang, memancing serta bertualang dengan sepeda mengelilingi danau. Disekitar danau ini banyak terdapat penginapan berupa Homestay, Hotel, Cafe, serta berbagai masakan dan makanan khas masyarakat Maninjau seperti Palai Rinuak, Bada Salai, Ikan Bakar, Pensi yang tidak terdapat di daerah lain.



Untuk menuju Danau ini, ditempuh melalui jalur darat. Ada 2 alternatif jalur untuk menuju ke Danau maninjau.

Pertama, dari Barat, perjalanan dimulai dari Kota Padang melewati jalur Pariaman menuju Lubuk Basung (ibu kota Kabupaten Agam), lebih kurang ditempuh selama 3 jam. Transportasi bisa menggunakan angkutan umum, travel, dan mobil pribadi atau mobil sewaan.
Kedua, Dari timur, perjalanan dimulai dari Padang menuju Bukittinggi dan dari kota Bukittinggi perjalanan dilanjutkan ke Danau Maninjau melewati kelok 44 yang unik. Dari kelok 44 dapat menikmati keindahan danau serta puluhan ekor kera yang kita dapat memberi makan mereka secara langsung. Transportasi bisa menggunakan angkutan umum, mobil pribadi atau mobil sewaan. Waktu perjalanan ditempuh kurang lebih 3½ jam.











Minggu, 03 April 2011

Danau Singkarak nan Rancak (Singkarak Lake)

Danau Singkarak nan Rancak (Singkarak Lake)

Danau Singkarak membentang di dua kabupaten di Sumatera Barat, yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Danau Singkarak merupakan hulu dari Batang (sungai) Ombilin dan Batang Anai. Air ke Batang Anai dialirkan melewati terowongan yang menembus Bukit Barisan dan digunakan untuk menggerakkan generator PLTA Singkarak yang berada di dekat Lubuk Alung.
Dengan luas 107,8 km² danau ini merupakan danau terluas ke-2 di Pulau Sumatera setelah Danau Toba yang terdapat di Sumatera Utara. Di samping itu, Keindahan alam, kesejukan udara dan airnya yang jernih merupakan pesona dari Danau Singkarak sehingga begitu istimewa untuk dikunjungi.
Danau yang terletak pada ketinggian 362,5 m dari permukaan laut ini memiliki spesies ikan khas yang hanya hidup di danau ini. Masyarakat setempat menyebutnya dengan “Ikan Bilih” (Mystacoleuseus Padangensis). Ikan ini, tidak bisa dibudidayakan di luar habitatnya yang asli, baik itu di aquarium, kolam, bahkan dalam jala terapung yang ada di Danau Singkarak sekalipun.